Thursday, November 30, 2006

Kantong Semar Ternyata Bisa Dijumpai di Puncak Batu Ayau

Sendawar, Kompas - Tumbuhan pemangsa serangga atau disebut kantong semar secara mengejutkan masih ditemukan di ketinggian lebih dari 1.600 meter di atas permukaan laut, tepatnya di Puncak Batu Ayau, kawasan Pegunungan Mulle. Kawasan ini merupakan batas wilayah Kalimantan Tengah dengan Kalimantan Timur.

Tumbuhan karnivora ini termasuk yang dilindungi berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Jenis-jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi.

Para peneliti yang menyertai Tim Ekspedisi Lintas Barito-Muller-Mahakam menganggap temuan ini eksotik. Hal ini mengingat di daerah lain kantong semar ditemukan di hutan kerangas dataran rendah. Kantong semar ini berwarna hijau dan lebih besar dibandingkan dengan jenis lainnya yang ditemukan di dataran rendah Kalimantan.

Peneliti dari Laboratorium Konservasi Tanah dan Air Universitas Mulawarman Samarinda, Emi Purwanti, Minggu (10/7), mengatakan, temuan ini membuat Puncak Batu Ayau semakin menarik. Puncak Batu Ayau sendiri sudah dianggap menarik karena dianggap menjadi pembatas distribusi flora dan fauna antara Kalteng dan Kaltim.

Emi mengatakan, kantong semar jenis Nephentes stenophylla ini ditemukan di puncak bukit batu kapur yang termasuk dalam kategori hutan kerangas. Biasanya hutan kerangas atau hutan berpasir hanya ditemukan di dataran rendah dengan ketinggian tidak lebih dari 600 meter di atas permukaan laut.

Di dalam kantong semar terdapat nektar yang bisa mengundang serangga untuk hinggap dan serangga tersebut bisa jatuh tergelincir ke dalamnya, kata Emi. Serangga tidak bisa keluar lagi karena di dalam kantong semar terdapat semacam lilin serta nektar yang lengket. Serangga yang masuk kemudian dicerna dengan enzim masam yang dimiliki kantong semar.

Kantong semar perlu memangsa serangga untuk melepaskan nitrogen dan hara-hara lainnya untuk diabsorpsi oleh tumbuhan, kata Emi. Kantong pemangsa serangga dan artropoda tersebut sebenarnya merupakan daun yang mengalami modifikasi dan berisi cairan untuk mencerna makanan.

Menurut Emi, di Kalimantan terdapat tidak kurang dari 28 jenis tumbuhan dari marga Nephentes ini. ’’Catatan lain, Kalimantan dikenal sebagai pusat penyebaran marga Nephentes di dunia,’’ katanya. (AMR/THY/RAY)

Sekali Runduk, Empat Anakan Didapat

Bandingkan bila tanaman dibiarkan secara alami mengeluarkan anak. Induk dari biji berumur 2 tahun setinggi 50 cm butuh waktu 1 tahun untuk melahirkan 1 anak. Sementara dengan cara direbahkan, waktu perbanyakan lebih singkat. Dalam 3 bulan diperoleh lebih banyak anakan. Maklum sekali merebahkan muncul anakan dari pangkal batang, ketiak daun, dan tanaman baru hasil rundukan itu sendiri.

Kelebihan lain, dengan teknik merundukkan batang, dominasi apikal berkurang. Dominasi itu menghambat tunas di ketiak daun dan pangkal batang. Akibatnya tanaman hanya tumbuh satu ke atas. Bila ia berkurang, tunas-tunas lain yang dorman terpacu untuk tumbuh.

Selain itu, dengan merunduk risiko kematian nepenthes dapat diminimalisir. Ini karena tanaman baru dipisahkan ketika akar serabut di antara ruas daun telah terbentuk dengan baik. Perbanyakan dengan cara merunduk dapat dilakukan pada hampir semua jenis nepenthes berbatang panjang. Syaratnya, tinggi tanaman minimal 50 cm dan batang cukup lentur sehingga bisa dilengkungkan ke bawah.

Perbanyakan dengan teknik merunduk dapat digabung dengan setek batang. Setek batang dilakukan pada tunas yang tumbuh di ketiak daun setelah rundukan telah berakar dan dipisahkan dari tanaman induk.

Menurut M Apriza Suska, hobiis di Bogor, tunas di ketiak daun tumbuh bila batang yang dirundukkan dilukai. ?Sedangkan jika tidak dilukai, anakan hanya muncul di pangkal batang saja,? ujarnya. Itulah yang terjadi pada Wahyu Adi Hobiis di Malang, Jawa Timur. Penasaran? Berikut cara perbanyakan periuk kera dengan cara merundukkan batang.

1. Pilih pilih tanaman induk dewasa, kira-kira umur minimal 6 bulan dengan panjang batang minimal 50 cm.

2. Siapkan satu pot berisi media campuran cocopeat dan arang sekam, perbandingan 1:1, atau sphagnum moss. Letakkan pot ini sejajar dengan pot berisi tanaman yang akan dirundukkan. Nepenthes yang akan dirundukkan ditaruh di tempat teduh.

3. Lukai batang nepenthes pada jarak 30 cm dari pangkal batang. Pelukaan batang merangsang pertumbuhan akar serabut lebih cepat. Luka berbentuk segitiga pada satu sisi itu ditempelkan ke media. Bagian luka dibuang sekitar 1 /4 dari diameter batang.

4. Lengkungkan batang kantong semar ke pot ke-2 dengan bagian luka berada di bawah. Lalu jepit batang yang direbahkan dengan kawat atau lidi agar tidak bergeser.

5. Tutupi bagian yang luka dengan media lalu siram sampai jenuh. Penyiraman seperti biasa, satu hari sekali, agar media tetap lembap. Nepenthes menyukai kelembapan udara antara 50 -80%. Semprotkan vitamin B1 dengan dosis 70 ppm setiap hari agar tanaman lebih segar.

6. Akar serabut di antara ruas daun yang dilukai tumbuh satu bulan kemudian. Kantong semar itu dapat dipisahkan dari tanaman induk 2-3 bulan kemudian.

7. Tunas di ketiak daun dan pangkal batang muncul 3 minggu kemudian. Potong batang di antara ruas daun setelah tunas di ketiak daun memproduksi daun pertama dengan panjang 2, 5 -4 cm atau 2 -3 bulan setelah tanaman rundukkan dipisahkan dari induk. Lalu tanam setek itu di pot berdiameter 8 cm berisi media. Perlakuan itu sama dengan perbanyakan dengan setek batang.

8. Kini kantong semar yang Anda koleksi telah beranak pinak. (Rosy Nur Apriyanti)

Source : http://www.trubus-online.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid=12&artid=284

Tanaman Yang Hidup Bersama Semut

Di dalam kantung tanaman kantong semar yang hidup di sebelah India Timur, Nepenthes bicalcarata, hidup koloni semut. Tanaman ini bentuknya seperti teko dan memangsa serangga yang menghinggapi-nya. Meskipun demikian, semut bebas bergerak dan mengambil sisa-sisa serangga dan bahan makanan lainnya dari tanaman ini.60

Kerja sama ini menguntungkan kedua belah pihak, semut dan tumbuhan. Meskipun semut mungkin saja dimakan Nepenthes, mereka dapat membangun sarang pada tanaman ini. Tumbuhan juga menyisakan jaringan tertentu dan sisa-sisa serangga untuk semut. Dan sebagai balasannya, semut melindungi tumbuhan dari musuhnya.

Begitulah contoh simbiosis tanaman dan semut. Struktur anatomi dan fisiologi semut dan tanaman inangnya telah dirancang sedemikian rupa untuk memudahkan hubungan timbal balik antara keduanya. Meskipun para pembela teori evolusi menyatakan bahwa hubungan antar spesies ini berkembang secara berangsur-angsur selama jutaan tahun, tetapi tentu saja pernyataan yang mengatakan bahwa dua makhluk yang tidak memiliki kecerdasan ini dapat sepakat merencanakan suatu sistem yang menguntungkan kedua belah pihak tidak masuk akal.

Lalu, apa yang menyebabkan semut hidup pada tumbuhan?

Semut cenderung tinggal pada tumbuhan karena adanya cairan bernama "nektar residu" yang dikeluarkan tumbuhan. Cairan nektar ini merupakan daya tarik bagi semut untuk mendatangi tumbuhan. Banyak spesies tumbuhan yang terbukti mengeluarkan cairan ini pada waktu-waktu tertentu. Misalnya, pohon ceri hitam menghasilkan cairan ini hanya tiga minggu dalam setahun. Tentu pengeluaran cairan pada waktu ini bukan kebetulan karena waktu tiga minggu ini bertepatan dengan satu-satunya waktu sejenis ulat menyerang pohon ceri hitam. Semut yang tertarik pada nektar dapat membunuh ulat ini serta melindungi tumbuhan.61

Hanya dengan menggunakan akal sehat, kita dapat melihat bahwa hal ini adalah bukti hasil penciptaan. Akal sehat tidak mungkin bisa menerima bahwa pohon ini dapat memperhitungkan kapan bahaya akan menyerang lalu memutuskan bahwa cara terbaik untuk melindungi dirinya adalah dengan cara menarik semut serta mengubah struktur kimianya.

Pohon ceri tidak punya otak. Oleh karena itu, ia tidak dapat berpikir, memperhitungkan, maupun mengubah komposisi kimianya. Bila kita menganggap bahwa prosedur yang rasional ini adalah sebuah karakter yang diperoleh dari suatu kebetulan yaitu dasar dari logika evolusi tentunya hal ini tidak masuk akal. Jelas sekali bahwa pohon ini telah melakukan sesuatu yang didasarkan pada kecerdasan dan ilmu pengetahuan.

Oleh karena itu, satu-satunya kesimpulan yang dapat kita tarik adalah bahwa sifat tumbuhan ini telah terbentuk karena adanya sebuah Kehendak yang telah menciptakannya. Bila kita merujuk pada segala bentuk pengaturan yang dibuat-Nya, jelas sekali bahwa Dia tidak hanya berkuasa atas pohon, tetapi juga atas semut dan ulat. Jika penelitian dilakukan lebih jauh lagi, tentunya dapat diketahui bahwa Dia berkuasa atas semesta alam dan telah mengatur setiap komponen alam secara terpisah namun serasi dan selaras, sehingga membentuk sebuah sistem sempurna yang kita kenal sebagai "keseimbangan ekologi".

Bila kita berpikir lebih jauh dan meneliti bidang-bidang lain, seperti geologi dan astronomi, kita akan sampai pada gambaran yang serupa. Ke mana pun kita melangkah, kita akan menyaksikan berjuta sistem yang berfungsi dengan selaras dan teratur sempurna. Semua sistem ini menunjukkan keberadaan Sang Pengatur. Meskipun demikian, tidak satu pun komponen pembentuk alam ini yang mampu berfungsi sebagai Sang Pengatur itu.

Source : http://www.harunyahya.com/indo/buku/semut06.htm#dipnot

Apa? Tanaman Karnivor?

Republika Online -- Minggu, 19 September 2004

Kalian yang sering nonton film kartun petualangan, pasti pernah melihat jenis tanaman yang satu ini. Tanaman pemangsa. Tanaman ini juga biasa disebut tanaman karnivor. Takut? Wah, kalau kamu takut, itu tandanya belum tahu. Tanaman karnivor ini ada yang hidup di air dan di darat. Sejumlah tanaman Utricularia dan Aldrovanda yang hidup di air menangkap larva nyamuk.

Tanaman yang tumbuh di alam bebas menangkap serangga terbang, laba-laba, jangkrik, semut. Tanaman karnivor menarik perhatian serangga, menangkapnya, membunuh dengan enzim yang berupa getah dari daun, lalu menyerap zat-zat dari mangsanya.

Tapi, tak seluruhnya makan dengan cara yang sama. Sebab, ada yang menyerap zat makanan dari kotoran hewan. Ada juga yang mengandalkan bakteri pembusuk untuk menguraikan mangsa yang tertangkap. Ada lebih dari 600 spesies dan subspesies tanaman karnivor. Yang jenis spesiesnya paling banyak adalah genus Utricularia.

Tanaman karnivor terbesar adalah dari genus Nepenthes, mereka mempunyai batang rambat yang bisa tumbuh sampai puluhan meter panjangnya. Kantongnya bisa menangkap serangga kecil. Mangsa terbesar yang bisa ditangkapnya sebesar kodok. Tapi, itu jarang.

Binatang besar itu biasanya sudah sakit dan susah jalan. Nah, di daerah tropis seperti di Indonesia, biasanya tumbuh Nepenthes. Salah satunya yang kita kenal adalah 'kantong semar' (Nepenthes Sp). Jadi, perlukah kita takut pada tanaman karnivora? Mmm... ya, selama tubuhmu sebesar semut.

Sebab, bila ukuran tubuhmu seperti sekarang ini, enzim yang mereka hasilkan amatlah lemah. Bahkan, bila kamu jatuh ke atas serumpun tanaman karnivor sekalipun. Tapi, sebaliknya habitat tanaman karnivor sebagian besar sudah dirusak oleh manusia. Tanaman karnivor banyak yang mati karena polusi. Jadi, sudah banyak jenis yang punah.

Datanglah, Kau Kutangkap ...

Beberapa jenis tanaman mempunyai bagian berwarna mencolok pada perangkap mereka. Itu untuk menarik mangsa. Ada juga yang mengeluarkan aroma yang manis. Pada bagian-bagian tanaman yang lengket, licin, dan basah itu membuat serangga yang tertangkap sulit untuk menyelamatkan diri. Ada lagi yang berbentuk kantong, seperti 'kantong semar'.

Di bagian dalam tanaman ada bulu-bulu halus. Begitu serangga masuk ke kantong, sulitlah ia melarikan diri. Ada lagi trik lainnya seperti 'rahang' penangkap yang dilengkapi alat penyedot. Serangka yang tertangkap pun diserap zat tubuhnya. Tinggallah sisanya tubuhnya yang kering.

Source : http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=172899&kat_id=298&kat_id1=&kat_id2=

Nepenthes

Tanaman

menjalar, merambat, bahkan

ada yang berjenis perdu


Tergolong tanaman dikotiledon,

dimana kecambah memiliki dua daun lembaga


Nutrisi untuk bertahan hidup,

diambil dengan cara menjebak serangga

untuk masuk dalam kantungnya.


Manusia menjulukinya

si pemangsa atau

Carnivour